Secara
resmi, Perang Dunia II dimulai tanggal 1 September 1939. Pernyataan lain
menganggap bahwa perang ini terjadi lebih awal ketika Jepang berhasil menduduki
wilayah Manchuria sekitar tahun 1937,dimulai dengan invasi Jerman ke Polandia Britania dan Perancis menyatakan
perang terhadap Jerman dua hari kemudian. Tanggal lain mengenai awal perang ini
adalah dimulainya Perang Cina-Jepang Kedua
pada 7 Juli 1937.
Lainnya
mengikuti sejarawan Britania Raya A.J.P. Taylor ,
yang percaya bahwa Perang Cina-Jepang dan perang di Eropa beserta koloninya
terjadi bersamaan dan dua perang ini bergabung pada tahun 1941. Artikel ini
memakai penanggalan konvesional. Tanggal-tanggal awal lainnya yang sering
dipakai untuk Perang Dunia II juga meliputi invasi Italia ke Abisinia
pada tanggal 3 Oktober 1935. Sejarawan Britania raya Antony Beevor
memandang awal Perang Dunia Kedua terjadi saat Jepang menyerbu Manchuria bulan
Agustus 1939.
Tanggal
pasti akhir perang juga tidak disetujui secara universal. Dari dulu disebutkan
bahwa perang berakhir saat gencatan senjata 14 Agustus 1945 (V-J Day), alih-alih
penyerahan diri resmi Jepang (2 September 1945); di sejumlah teks sejarah
Eropa, perang ini berakhir pada V-E Day (8 Mei 1945).
Meski begitu, Perjanjian Damai dengan Jepang
baru ditandatangani pada tahun 1951, dan dengan Jerman pada tahun 1990.
Pada umumnya, Perang Dunia I menghasilkan upaya
perdamaian ketika negara-negara membentuk organisasi internasional Liga
Bangsa-Bangsa (LBB). Ketakutan, kengerian, hingga penderitaan akan perang
disadari oleh pelaku maupun korban perang. Untuk itu hadirnya LBB sebagai
produk dari Perang Dunia I menjadi jalan bagi terciptanya perdamaian.
LBB kala itu tidak memiliki peran supranasional yang
seharusnya mereka miliki untuk dapat memerintah atas negara-negara anggotanya.
Tidak adanya peran supranasional tersebut dapat dilihat dari serangan Italia
terhadap Etiopia di tahun 1935. Hal tersebut menunjukkan kesewenangan negara
besar di dalam tubuh LBB untuk berbuat sesuka hati, dan LBB tidak memiliki
peran yang kuat untuk menghentikan, menghukum, atau pun memerintah bagaimana
seharusnya negara anggota itu bertindak. LBB menjadi tidak lagi dipercayai
sebagai badan yang mampu menciptakan perdamaian.
Negara-negara aliansi hasil dari Perang Dunia I
memiliki kecurigaan khusus terhadap oposisinya. Jerman dan Italia yang berpaham
ultranasionalisme (Nasional-Sosialis Jerman dan Fasisme Italia) mencurigai
komunis Uni Soviet. Kecurigaan tersebut membuat patahnya keyakinan perdamaian
yang dibimbing oleh LBB, sehingga timbullah persaingan untuk mempertahankan
diri dan memperkuatnya di bidang militer. Inggris, Prancis, dan Amerika Serikat
kemudian terlibat dengan kecurigaan paham tersebut karena mereka mengusung
paham demokrasi.
Persaingan bidang militer tersebut menghasilkan
berbagai persenjataan baru dari berbagai negara. Senjata-senjata modern dari
transportasi laut, udara, darat hingga senjata pemusnah massal sudah dimiliki
oleh masing-masing negara. Perang di era ini kemudian menjadi bentuk evolusi perang
besar-besaran dengan korban yang juga sangat massive.
Negara-negara Eropa (ditambah Amerika) terbagi atas 3
paham, yakni demokrasi (Prancis, Inggris, ditambah dengan AS), fasisme
(Jerman dan Italia), dan komunisme (Uni Soviet). Adanya politik balas
dendam oleh pihak yang kalah di Perang Dunia I yaitu Revanche Idea sebagai
akibat munculnya rasa terhina oleh Jerman atas Perjanjian Versailles yang
membuatnya harus tunduk pada keinginan Prancis dan Sekutu.
Selain itu, dorongan terciptanya perang juga
diakibatkan oleh politik ekspansi dari Jerman yang mengusung semboyan Lebensraum
(Jerman Raya), Italia dengan semboyan Italia Iradenta (Italia Raya), dan Jepang
dengan semboyan Hakko Ichi-u. Jerman dan Italia bersekutu yang
ditandai dengan persahabatan Adolf Hitler dan fasisme Benito Mussolini.
Perang di Kawasan Eropa
Jerman dengan Nazi yang dipimpin oleh Adolf Hitler
mulai berusaha merebut pelabuhan Danzig di Polandia awal September
1939 yang dianggap sebagai milik mereka sebelum terjadinya Perang Dunia I.
Mereka juga menyerang Austria dan daerah Cekoslovakia (Sudeten). Agresi militer
yang dilakukan oleh pihak Jerman ini dianggap sebagai langkah awal terciptanya
Perang Dunia II di Eropa.
Beberapa hari kemudian, tepatnya tanggal 3 September
1939, Inggris dan Prancis menyatakan perang terhadap Jerman. Dengan segera
peperangan di Eropa tidak lagi terhindarkan. Eropa berkecamuk diikuti dengan
pergerakan jumlah militer yang masif melewati batasan-batasan negara guna
menyerang wilayah musuh-musuhnya.
Ikut campurnya Inggris dan Prancis dalam menyerang
Jerman tidak membuat Italia sebagai sekutu setia Jerman tinggal diam. Bulan
Juni 1940, Italia menyatakan perang terhadap Inggris dan Prancis. Dengan segera
perang tersebar menyeluruh di kawasan Eropa. Segera setelah Italia turut
campur, pasukan gabungan Italia dan Jerman mampu menaklukkan pasukan Prancis
tanggal 22 Juni 1940. Kekuatan Jerman tampaknya semakin besar ketika
bekerjasama dengan pasukan Italia. Bulan April 1941, Jerman berhasil menduduki
Yugoslavia, Yunani, dan hingga meluas ke Afrika tepatnya Mesir.
Beberapa bulan setelah Jerman berhasil menduduki
wilayah ketiga negara tersebut, Jerman juga berhasil menduduki Ukraina dan
Rusia di wilayah Uni Soviet.
Pertempuran Stalingrad
Bulan Agustus 1942 terjadi pertempuran antara
Jerman-Uni Soviet demi memperebutkan kota Stalingrad. Perang ini dikenal dengan
Pertempuran Stalingrad yang dianggap sebagai pertempuran maha-dahsyat
yang menewaskan jutaan tentara dan warga sipil. Keinginan Hitler sebagai
pemimpin Nazi Jerman untuk menguasai wilayah ini dipicu oleh karena Stalingrad
akan memudahkan pergerakan pasukan Jerman menuju Kaukasus, wilayah dengan
cadangan minyak besar, yang sangat dibutuhkan oleh Jerman demi kepentingan
industri.
Uni Soviet di bawah pimpinan Joseph Stalin berusaha
terus mempertahankan wilayah ini karena diisi dengan industri yang maju di tepi
sungai Volga yang juga menjadi jalur transportasi penting ke Laut Kaspia.
Stalin dan Hitler sebagai pemimpin masing-masing kubu dalam pertempuran ini
tetap bersikeras untuk menduduki wilayah ini.
Pasukan Jerman bertempur mati-matian demi mendapatkan
wilayah ini. Di sisi lain, pasukan Uni Soviet dibantu dengan warga sipil daerah
tersebut melakukan perlawanan sengit yang kemudian mampu menandingi kekuatan
Jerman. Di balik kesibukan pasukan Jerman dalam melakukan serangan, Stalin
mengupayakan bala bantuan untuk mempertahankan Stalingrad. Stalin kemudian
menjalankan program “Kampanye Musim Dingin”.
Serangan balasan Uni Soviet tersebut dilancarkan bulan
November 1942 ketika salju mulai menyelimuti Stalingrad. Serangan itu dengan
cepat menggulung pasukan Italia, Hungaria, dan Rumania yang melindungi garis
belakang Angkatan Darat Jerman. Akibatnya, pasukan Jerman yang beroperasi di
Stalingrad terkepung.
Jerman tidak menarik mundur
pasukannya meski masih memiliki kesempatan karena keinginan Der Fuhrer Adolf
Hitler yang tetap keras kepala ingin menduduki Stalingrad. Pada
tanggal 30 Januari 1943, Tentara Merah/Red Army (Uni Soviet dan Sekutu)
di bawah pimpinan Marsekal Georgy Zhukov melancarkan serangan ke Stalingrad dan
dengan cepat menggulung pasukan Poros (Nazi Jerman dan bantuannya) yang sudah
kelelahan dan menderita kelaparan serta penyakit. Dua hari kemudian, Marsekal
Friedrich von Paulus dan 90.000 prajuritnya yang tersisa menyerah.
Hal tersebut menandai kekalahan pasukan Nazi Jerman
dalam upaya menduduki Stalingrad. Kekalahan Jerman dalam Pertempuran Stalingrad
merupakan awal runtuhnya kekuatan Nazi Jerman.
Pertempuran Stalingrad dianggap sebagai pertempuran
paling mengerikan dan paling dahsyat dalam suatu wilayah sepanjang sejarah
karena menelan korban jiwa hingga mencapai 3 juta jiwa.
Keterlibatan Amerika Serikat dan
Akhir Perang Dunia II
Minggu tanggal 7 Desember 1941, Jepang
melakukan penyerbuan terhadap Pangkalan Armada Angkatan Laut Amerika
Serikat di Pearl Harbor, Hawaii. Pearl Harbor merupakan pangkalan Angkatan Laut
Amerika Serikat yang terbesar di Asia Pasifik. Dengan segera AS langsung
menyatakan perang terhadap Jepang.
Selain Pearl Harbor, Jepang juga menyerang pangkalan
udara AS di Filipina. Setelah serangan tersebut Jepang mulai menyerang koloni
Inggris di Hongkong, Borneo, Malaya dan wilayah lainnya di sekitar Asia. Jepang
juga menguasai daerah jajahan Belanda yang dikenal dengan Hindia-Belanda, yang
termasuk di dalamnya Indonesia. Pendudukan Jepang di beberapa wilayah Asia
Timur dan Tenggara merupakan upaya untuk memperkuat pasukan dan kekuatan,
dengan merekrut pasukan-pasukan dari daerah kekuasaannya.
Pada Operasi Overlord atau yang lebih dikenal
dengan Invasi Normandia dilakukan oleh pasukan Sekutu pada tanggal
6 Juni 1944, sekitar 3 juta tentara menyeberangi Selat Inggris menuju Prancis
guna melakukan serbuan terhadap tentara Nazi yang menduduki Prancis.
Secara mayoritas, AS, Inggris, dan Kanada mengirimkan
pasukan dalam operasi tersebut guna melakukan penyelamatan terhadap Prancis.
Sekitar tahun 1941 hingga 1944, Jepang
berhasil menguasai wilayah yang meliputi wilayah-wilayah Asia tenggara dan
wilayah Cina bagian Timur. Pada saat itu pasukan Amerika Serikat dan pasukan
dari Eropa yang berhasil menyelamatkan diri membangun pertahanan di Australia.
Pada tanggal 6 Agustus 1945, Enola Gay, bomber
B-29 yang dipiloti oleh Kolonel Paul Tibbets, Jr. melepaskan satu bom atom yang
dikenal dengan sebutan Little Boy di kota Hiroshima, yang dengan
cepat menghancurkan kota tersebut.
Dua hari kemudian tepatnya tanggal 8 Agustus 1945, Uni
Soviet menyatakan perang terhadap Jepang. Mereka kemudian melancarkan serangan
besar terhadap Manchuria yang diduduki Jepang, yang juga dikenal dengan istilah
Operasi Badai Agustus.
Pada tanggal 9 Agustus 1945, pesawat
bomber jenis Boeing B-29 Superfortress “Bock’s Car” yang
dikemudikan oleh Mayor Charles Sweeney melepaskan satu bom atom yang dinamai
Fat Man di kota Nagasaki. Bom tersebut mengakibatkan puluhan hingga jutaan
manusia tewas seketika, dan membumihanguskan kota itu dengan cepat. Kekuatan
Jepang pun mulai lumpuh yang membuatnya mulai menarik pasukan dari
negara-negara yang didudukinya, termasuk dari Indonesia.
Kekalahan telak Jepang dari sekutu oleh dua serangan
bom nuklir tersebut membuatnya kehilangan kekuatan dan melumpuhkan ‘kaki
militer’-nya dengan segera. Pada akhirnya Jepang menyerah tanpa syarat
tanggal 14 Agustus 1945, dan kemudian menandatangani surat pernyataan menyerah
pada tanggal 2 September 1945 di atas kapal USS Missouri di teluk Tokyo.
Di Eropa, sekitar bulan Oktober 1942, pasukan gabungan
AS-Sekutu yang dipimpin oleh Eisenhower (AS) dan Montgomery (Inggris) berhasil
menaklukkan pasukan gabungan Jerman-Italia. Tahun 1944, pasukan AS-Sekutu
berhasil menumbangkan kekuatan Italia di bawah pimpinan Benito Mussolini.
Akhirnya Italia menyerah kepada AS-Sekutu pada tanggal 1 Mei 1944.
Di akhir bulan April 1945 ibukota Jerman, Berlin,
sudah dikepung oleh Uni Soviet. Kemudian pada tanggal 1 Mei 1945, Adolf Hitler
selaku pemimpin Nazi Jerman bunuh diri dengan menembakkan peluru ke kepalanya
sendiri bersama dengan istrinya Eva Braun di dalam bunkernya. Sehari sebelum
aksi bunuh dirinya, Adolf Hitler menikahi Eva Braun, dan setelah mati ia
memerintahkan pengawalnya untuk membakar mayatnya.
Pada tanggal 2 Mei 1945, seseorang bernama Karl Dönitz
diangkat menjadi pemimpin menggantikan Adolf Hitler. Ia kemudian menyatakan
Berlin menyerah pada hari itu juga. Hal tersebut disusul dengan menyerahnya
pasukan Jerman di Italia pada hari yang sama. Pasukan Jerman di wilayah Jerman
Utara, Denmark dan Belanda juga menyerah 2 hari setelahnya.
Akhir Kata…
Konflik besar di dunia hampir 70 tahun yang lalu atau
yang dikenal dengan Perang Dunia II mempengaruhi perubahan pada hubungan internasional di masa kini. Hubungan
internasional di geopolitik masa kini berdasar pada aliansi yang dibentuk oleh
sekutu-sekutu yang ada, yang kemudian membuat pihak yang kalah wajib mengikuti
keinginan pihak yang menang di era setelahnya. Perang Dunia II juga
mengakibatkan konflik antara dua negara Superpower di era Perang Dingin
yang terjadi setelah PD II, dimana konflik ini juga menjadi alur
perubahan geopolitik hubungan internasional.
Perang Dunia II yang maha dahsyat tersebut dikenal
sebagai perang terbesar yang pernah terjadi di muka bumi, yang menghancurkan
berbagai wilayah di Eropa, Asia, Amerika, dan Afrika serta menghabisi sekitar
50 juta nyawa manusia.
Diposkan :defense-today
Diposkan :defense-today
Comments
Post a Comment