Militer Asia Negara
Data Perbandingan Kekuatan Militer
di Asia Tenggara.
- Anggaran militer Asia Tenggara seperdelapan dari anggaran militer di kawasan Asia Timur.
- Di Asia Tenggara diketahui hanya tiga negara yang mampu melakukan ekspor alutsista.
Asia Tenggara perlahan menjadi
kawasan yang penting bagi peta kekuatan militer di dunia. Siapa yang jadi raja
di kawasan?
Pengeluaran anggaran militer kawasan Asia
Tenggara relatif masih kecil jika dibandingkan dengan kawasan lain di dunia.
Merujuk data dari SIPRI, total pengeluaran militer (military expenditure)
Asia Tenggara hanya 2,8 persen dari total anggaran militer di seluruh dunia
pada 2016.
Pada tahun itu, Asia Tenggara mengeluarkan anggaran militer sebesar $37,91 miliar. Angka tersebut kurang lebih hanya seperdelapan dari anggaran kawasan Asia Timur. Kawasan Asia Timur, pada tahun yang sama diketahui menghabiskan dana militer sebesar $308,11 miliar, atau 18,73 persen dari keseluruhan anggaran militer dunia.
Pada tahun itu, Asia Tenggara mengeluarkan anggaran militer sebesar $37,91 miliar. Angka tersebut kurang lebih hanya seperdelapan dari anggaran kawasan Asia Timur. Kawasan Asia Timur, pada tahun yang sama diketahui menghabiskan dana militer sebesar $308,11 miliar, atau 18,73 persen dari keseluruhan anggaran militer dunia.
Perbandingan Pengeluaran Militeer Dunia Berdasarkan Kawasan
Kawasan
Asia Tenggara bukanlah kawasan yang tidak diperhitungkan. Ada beberapa wilayah
di kawasan Asia Tenggara yang dijadikan pangkalan ataupun lokasi kerja sama
pertahanan Amerika Serikat dalam konteks US military dispositions in
the Western Pacific. Dalam The Military Balance 2017 terbitan The
International Institute for Strategic Studies menyebutkan bahwa di
wilayah Bangkok, Thailand, ada Joint Military Advisory Group. Selain itu, di
Singapura ada dua tempat untuk Angkatan Laut (Sembawang dan Paya Lebar) serta
satu tempat untuk pangkalan Angkatan Udara (Paya Lebar).
Di Filipina, ada kerja sama pertahanan dengan memberikan fasilitas permanen
bagi tentara AS di Antonio Baustista Air Base, Basa Air Base, Fort Magsaysay,
Lumbia Air Base, MActan-Benito Ebuen Air Base. Selain itu, Filipina juga
memberikan tempatnya bagi Angkatan Udara AS di Clark Air Base, serta bagi
pasukan Marinir AS di Camp Aguinaldo. Pentingnya kawasan Asia Tenggara tersebut
terutama karena ada isu mengenai sengketa Laut Cina Selatan.
Sengketa Laut Cina Selatan melibatkan kawasan Asia Tenggara dengan beberapa
negara besar, terutama Cina dan Jepang. Adanya ambisi dan kekuatan besar dari
Cina dalam memastikan beberapa wilayah pulau dan batas dalam sengketa Laut Cina
Selatan turut mengundang Amerika Serikat masuk dalam peta persaingan.
Dalam Index Power yang dirilis Global Fire Power pada
2017, di kawasan Asia Tenggara, Indonesia dan Vietnam menempati posisi pertama
dan kedua dalam hal nilai indeks ini. Indonesia berada di posisi 14 dunia
dengan nilai indeks 0,3347, sedangkan Vietnam berada pada posisi 16 dunia
dengan nilai 0,3587. Berdasarkan Global Fire Power, Laos merupakan negara di
Asia Tenggara dengan kekuatan militer yang paling lemah. Nilai indeksnya pada
2017 sebesar 3,0608 dan menempati peringkat 124 dari 133 negara.
Indeks Militer di Asia Tenggara Tahun 2017, Sumber Global Fire Power
Index
Power tersebut pada dasarnya merupakan nilai gabungan dari berbagai variabel:
jumlah personel militer, kekuatan alutsista, anggaran, nilai utang suatu
negara, geografi wilayah, dan sebagainya. Nilai yang semakin kecil dalam Index
Power tersebut berarti semakin baik kekuatan militernya. Negara dengan skor
indeks yang bagus belum tentu kuat dalam soal alutsista. Atau, sebaliknya,
negara dengan skor rendah belum tentu sedikit proporsi jumlah personel sumber
daya militernya.
Untuk mendapatkan gambaran kekuatan militer yang sebenarnya, memang tidak dapat
hanya dilihat berdasarkan skor, tetapi perlu melihat secara mendalam setiap
komponennya. Berdasarkan jumlah personel militer, Singapura merupakan negara di
kawasan Asia Tenggara yang memiliki rasio personel militer terhadap penduduk
paling tinggi di antara negara-negara lainnya.
Rasio personel militer dengan penduduk di sana sebesar 1:11, artinya setiap
anggota militer bertanggung jawab dengan 11 orang penduduk. Sementara
Indonesia, rasionya sebesar 1:264, dimana setiap anggota militer bertanggung
jawab atas 264 juta penduduk.
Rasio Personel Militer di Asia Tenggara Tahun 2017
Selain
dari sisi personel militer, kekuatan militer juga terlihat dari alutsista yang
dimiliki oleh suatu negara. Kekuatan alutsista militer sendiri dapat dibagi
berdasarkan matranya. Ada matra angkatan darat, angkatan laut dan angkatan
udara. Tidak semua negara di kawasan Asia Tenggara memiliki kekuatan militer
yang merata untuk semua level matra tersebut. Bahkan, kecenderungannya, matra
angkatan darat menjadi kekuatan militer yang dominan di kawasan, sekalipun
negara-negara seperti Indonesia dan Filipina adalah negara kepulauan, yang
idealnya, kekuatan matra angkatan laut harusnya perlu menjadi kekuatan militer
utama.
Perbandingan Kekuatan Angkatan Darat di Asia Tenggara
Dari
analisa perbandingan menggunakan data Global Fire Power, kekuatan
matra angkatan darat yang dominan di Asia Tenggara adalah dari negara Vietnam.
Vietnam menduduki posisi utama dalam soal alutsista matra angkatan darat dengan
memiliki 1.545 tank tempur, 3.150 kendaraan lapis baja, 524 artileri swa-gerak,
2.200 artileri dan 1.100 peluncur roket. Sementara Indonesia, wilayah yang
luasnya jauh lebih besar daripada Vietnam, berada di posisi keempat dengan 418
tank tempur, 1.089 kendaraan lapis baja, 37 artileri swa-gerak, 80 artileri dan
86 peluncur roket.
Untuk
kekuatan matra angkatan laut, diketahui Thailand memiliki alutsista yang lebih
unggul dari Indonesia. Sekalipun, luas wilayah lautan Indonesia jauh lebih
besar, hal ini dipengaruhi Thailand memiliki 1 kapal induk, 8 kapal Frigrat, 7 corvettes, 32
kapal patroli dan 7 kapal perang. Sementara Indonesia hanya memiliki 7 kapal
frigrat, 24 corvettes, 4 kapal selam, 74 kapal patroli dan 12 kapal perang. Bahkan,
Indonesia sama sekali tidak memiliki kapal induk.
Perbandingan Kekuatan Angkatan Udara di Asia Tenggara
Kekuatan
alutsista angkatan udara pun, dikuasai oleh Thailand. Thailand tercatat
memiliki 76 pesawat tempur, 95 pesawat penyerang, 327 pesawat angkut, 154
pesawat latih dan 7 helikopter penyerang. Sementara Indonesia, hanya memiliki
39 pesawat tempur, 58 pesawat penyerang, 170 pesawat angkut, 111 pesawat latih
dan 5 helikopter penyerang.
Adanya sengketa Laut Cina Selatan, kehadiran militer Amerika Serikat ataupun kebutuhan peningkatan kekuatan militer untuk keperluan dalam negeri akhirnya memunculkan ketergantungan impor alutsista di negara-negara Asia Tenggara. Pada kurun 2015-2016, Vietnam menjadi negara yang paling tinggi dalam soal impor alutsista di Asia Tenggara. Posisi kedua ditempati Indonesia.
Adanya sengketa Laut Cina Selatan, kehadiran militer Amerika Serikat ataupun kebutuhan peningkatan kekuatan militer untuk keperluan dalam negeri akhirnya memunculkan ketergantungan impor alutsista di negara-negara Asia Tenggara. Pada kurun 2015-2016, Vietnam menjadi negara yang paling tinggi dalam soal impor alutsista di Asia Tenggara. Posisi kedua ditempati Indonesia.
Perbandingan Nilai Perdangan Alutsista di Asia Tenggara, Sumber SIPRI
Dari beberapa negara di Asia
Tenggara diketahui hanya tiga negara yang mampu melakukan ekspor alutsista.
Singapura, Indonesia, dan Thailand. Singapura dan Indonesia diketahui memiliki
total nilai ekspor yang sama, selama periode 2015-2016, yakni senilai $94
miliar. Sementara Thailand, hanya mampu mengekspor alutsista senilai $2 miliar
dolar AS untuk periode yang sama.
Ini memberi gambaran bahwa kekuatan militer negara-negara di Asia Tenggara
sangat bervariasi. Data secara umum soal Index Power dari Global
Fire Power yang menempatkan Indonesia dalam posisi pertama di Asia
Tenggara tidak lantas memperlihatkan bahwa alustista ataupun personel militer
Indonesia berada “di atas angin” dibandingkan negara-negara tetangga.
Indonesia, dalam aspek detail alutsista ataupun personel ternyata masih “kalah”
dengan negara-negara tetangga. Dengan adanya ancaman stabilitas kawasan,
terutama menyangkut kehadiran militer dari kawasan lainnya; sengketa Laut Cina
Selatan; ataupun peningkatan kekuatan demi aspek keamanan dalam negeri;
perlombaan impor alutsista cenderung akan menjadi aspek pertama dalam kompetisi
militer dalam kawasan. Asia Tenggara sepertinya akan tetap berkembang menjadi
pasar militer bagi negara-negara maju.
Comments
Post a Comment