AS mulai memberi dana untuk penguatan militer
negara-negara ASEAN guna menghadapi China.
WASHINGTON - Di tengah memanasnya semenanjung Korea, Amerika tetap memantau
Laut China Selatan. Sengketa Laut China Selatan, ibarat bom waktu saat bom itu
meledak dan terjadi perang akan menyeret banyak negara, tidak hanya China vs
Asean tetapi negara – negara yang memiliki kepentingan di Laut China Selatan
akan ikut memanaskan suasana. Sudah bisa kita tebak Amerika tidak akan tinggal
diam.
Jauh
– jauh hari muncul sinyal dari Amerika Serikat (AS) untuk memanfaatkan
negara-negara ASEAN termasuk Indonesia untuk melawan dominasi China.Sinyal
itu muncul setelah senator terkemuka AS, John McCain, mengintruksikan AS memberi dana ratusan juta dolar untuk
melatih dan membekali tentara negara-negara ASEAN guna menghadapi China.
AS sendiri ikut terlibat ketegangan dengan China
di kawasan itu, setelah pesawat mata-mata tercanggihnya, Poseidon P-8 A, diusir
Angkatan Laut China dari kawasan itu.
McCain yang juga Ketua Komite Angkatan Bersenjata
Senat AS telah merancang proposal dalam amandemen UU Pertahanan AS pada tahun 2016
yang lalu. Proposal dengan nama “South China Sea Initiative” itu
diharapkan bisa disahkan tahun ini.
Melalui proposal itu, AS mungkin menyediakan dana
hingga US$425 juta atau sekitar Rp5,6 triliun selama lima tahun ke depan kepada
negara-negara ASEAN termasuk Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand dan
Vietnam. Dana itu, berpotensi untuk membangun kekuatan militer berskala kecil.
Amendemen UU itu sendiri telah lama disetujui oleh
Komite Angkatan Bersenjata pada 14 Mei 2015 lalu. McCain menyebut reklamasi
yang dilakukan China di Laut China Selatan sudah “mengganggu”.
“AS perlu mengambil langkah-langkah tertentu yang
akan menjadi disinsentif bagi China yang melanjutkan jenis-jenis kegiatannya,”
kata McCain, mengacu pada kegiatan reklamasi Beijing di Laut China Selatan,
seperti dilansir Reuters, Sabtu (30/5/2015).
China mengklaim hampir 90 persen kawasan Laut
China. Namun, Filipina, Malaysia, Brunei, Vietnam dan Taiwan sama-sama
mengklaim. Sedangkan Indonesia sendiri tidak terlibat sengketa di wilayah itu.
Comments
Post a Comment